Anda penulis pemula seperti saya? Pernah merasa kecewa
dengan penulis senior karena suatu hal? Yuk
mari kita telusuri 5 anggapan salah
penulis pemula terhadap penulis senior berikut fakta dan sarannya :
1. Penulis senior itu sombong dan nggak mau
berbagai cara dan kiat-kiat buat jadi penulis. Nyatanya ditanyain di inboxnya
nggak jawab.
Fakta :
Penulis senior punya waktu yang sama dengan manusia lainnya 24 jam. Yang
masih harus kerja, ngurusin rumah tangganya, nulis juga (baik penulis pria atau
wanita). Online dan bersosial media pasti bisa, tapi biasanya nggak bisa
lama-lama. Membaca inbox (yang mungkin gak sedikit) butuh waktu juga kan? Balas
satu-satu tanpa asisten bisa gempor juga. Masa iya sih harus ngadep di kompi
atau tablet melulu? Jereng dong mata hehe...
Saran :
Ketimbang nunggu sampai lumutan kenapa nggak main aja ke blog-nya. Banyak
penulis kok yang suka share kiat-kiat nulis di blog-nya, semisal Kang Iwok
Abqary, Aida MA, dan Naqiyyah Syam, Haya
Aliya Zaki, Leyla Hana, Riawani Elyta, dan sebagainya. Bahkan uraiannya lebih jelas dan lebih detil. Search aja namanya pasti akan muncul. Atau search topik apa yang anda cari di Mbah Google.
Aliya Zaki, Leyla Hana, Riawani Elyta, dan sebagainya. Bahkan uraiannya lebih jelas dan lebih detil. Search aja namanya pasti akan muncul. Atau search topik apa yang anda cari di Mbah Google.
2. Pemula penulis senior itu sok karena nggak
peduli waktu disapa di inboxnya mau kenalan, padahal kita kan nyapanya
baik-baik ya
Fakta :
a. Kerap kita yang minta kenalan ini nulis
dengan bahasa gaul bin alay. Jika tidak begitu disingkat-singkat kayak nulis
sms. Padahal ini justru menyulikan para penulis yang maaf usianya berkisar 17
(lewatnya banyak itu) untuk nangkep apa maksud kalimatmu.
Saran :
Jadi pakailah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena orang lebih
mudah memahami maksud anda. Simple kan?
b. Sering pakai tanda seru dan menulis dalam
huruf besar semua. Padahal tanda seru berarti marah. Begitu juga kalau menulis
kalimat dalam huruf besar. Menurut anda
gimana rasanya dikirimi inbox yang isinya kayak gitu ? Ilfil nggak?
Saran :
Mulai belajar untuk nulis dengan baik dan santun maka yang nerima juga akan
menghormatimu. Cari tahu penempatan tanda seru yang baik itu gimana, penggunaan
huruf besar baiknya ditaruh dimana, jangan KARDI (karepe dibi’ kata orang madura
atau karepe dhewe alias sak enak udelmu sendiri).
c. Meski sudah nulis dengan bahasa yang baik
tetap nggak dibalas. Ngeselin banget. Kayak nggak butuh aja sama orang lain.
Saran :
Yah, again and again problemnya waktu. Jadi berlapanglah dada kala mengirim
inbox. Dibalas syukur nggak dibalas ya nggak apa-apa. Memang sih kita lebih
seneng di bales ya, kayaknya dihargai gitu. Tapi kita juga harus menempatkan
diri jadi mereka. Nggak usah menghujat atau gimana. Suer, saya baru tahu ketika bergaul dengan mereka kalau
ternyata waktu mereka itu padat. Seringkali mereka tak punya waktu cukup
membalas inbox, mention, dll ditengah padatnya jadwal kerja and soon.
3. Penulis senior tuh udah ngerasa sok
hebat, sok iyes gak respon saat di add.
Atau kalau di follow di twitter nggak bales follow
Fakta :
Ini bukan berarti si penulis ‘SOK IYES!’, bisa jadi kapasitas pertemanannya
udah full. Atau bisa juga karena profile picture anda nggak banget. Cowok telanjang dada atau cewek seksi nggak
jelas. Atau bisa jadi wall anda isinya hal-hal
berbau sara, pornografi, tukang menghujat atau suka pake bahasa alay... Kalau
begitu alamat bye bye. Soal nggak di follow balik di twitter memang hak si
penulis. Ntar ada satu yang di follow yang lain protes. Padahal mau follow
semua juga nggak mungkin (jika anda penulis senior terkenal pula yang nge-add bisa lebih dari
ratusan orang lho per-hari)
Saran :
Untuk pengguna fb, cek profile pic-mu, apa yang tertulis di wall-mu, alay
enggak bahasamu. Bahasa alay memusingkan untuk kaum muda seperti saya (yang
usianya jelas 17 lewat banyaaaaak). Kalau problemnya soal kapasitas yang full
ya nggak bisa disalahin. Atau kalau tidak kalian suka nge-share hal-hal berbau
sara, hujatan, celaan, dan pornografi. Kalau kayak gini kayaknya penulis manapun
mikir deh kalau mau nerimamu jadi teman.
Untuk pengguna twitter, nggak usah sedih kalau nggak difollow. Bukankah
yang penting ilmunya dia? Perhatikan saja twit-twit resep nulisnya. Soal lain
usah dipedulikan. Ya kan?
4. Penulis senior sombong karena nggak pernah
tuh mau kasih masukan buat karya yang di-tag atau di inbox padanya. Padahal dia kan pengen
dapat kritikan juga, biar maju
Fakta :
Yang nge-tag atau inbox seringkali banyak hahaha, semua orang berniat
mendapatkan masukan darinya. Saya dulu juga pernah jadi pelakunya. Saya dengan
enteng nge-tag ke penulis senior biar dibaca. Padahal mereka itu sibuk juga.
Saya jadi kesal ketika orang-orang itu nggak peduli sama saya. Sombooong!
Begitu pikir saya. Nah ketika saya ada
di posisi mereka (di-tag in banyak karya lho, bukan soal seniornya haha ) saya
jadi sadar ternyata gempor juga ya kalau harus baca banyak tag note karya orang
lain. Sementara saya sendiri punya kesibukan yang lebih penting.
Saran :
Daripada nge-tag dan berharap sambil bersedih hati, kenapa enggak baca saja
karya-karya dari majalah yang kita tuju. Misal Annida. Coba aja cek kayak gimana sih cerpen yang
mereka mau? Jadi kita belajar langsung dari karya penulis yang terbit disana
untuk tahu selera majalah tersebut macam apa. Atau kalau novel ya cari deh
novel terbitan penerbit yang anda hendak tuju, misal Gramedia, Bentang, Sheila,
Indiva, dan sebagainya.
Nggak punya duit buat beli majalah !
Main ke web-nya. Disana karya cerpen atau cerbung yang sudah terbit suka
dipajang.
Nggak punya ponsel yang terkoneksi dengan
internet, gimana dong?
Ya pergi ke warnet.
Nggak punya duit pergi ke warnet, uang saku
ngepres. Cukup buat naik angkot sama jajan sedikit.
Nggak jajan beberapa kali dan sisihin buat ke warnet atau cari tempat wifi
gratisan, ngejogrok aja disana kayak saya biar bisa browsing banyak ilmu nulis
disana.
Nggak punya duit buat beli novel!
Pinjem di persewaan. Cukup 5000 rupiah yang disisihkan dari uang jajan udah
bisa baca novel terbitan penerbit terkenal.
5. Oh iya hampir lupa, Penulis senior bikin
ilfil karena nggak mau jawab soal-soal kayak gini :
TNR 12 apa ya, kak?
Atau maksudnya A4 itu apa?
Kalau ketentuan di penerbit anu harus pakai
huruf Times New Roman saya pakai huruf Cambria boleh nggak?
Atau kalau misal saya ikut lomba tanggal 14 kirim tanggal 15 boleh nggak?
Dst...
Fakta :
Mereka bukannya
nggak mau jawab. Tetapi hal-hal fundamental semacam itu adalah pengetahuan
wajib bila kita hendak terjun ke dunia nulis. Kalau ini aja nggak tahu gimana
nasib ke belakangnya *garuk-garuk kepala.
Saran :
Biasakan untuk mencari tahu lebih dulu sebelum tanya. Bisa facebook-an atau
twitter-an berarti koneksi dengan internet lancar dong? Nah, kenapa enggak colek
si Mbah Google soal-soal apa itu TNR 12 atau A4?
Soal pertanyaan ke-4, pemakaian huruf Cambria padahal harusnya pakai huruf
Times New Roman jelas itu tidak sesuai aturan. Kalau dilogika jika aturan dasar
saja dilanggar kemungkinan besar naskah kita nggak bakalan dibaca. Ini ibarat
anda bersekolah, kalau anda melanggar
peraturan dihukum nggak tuh kira-kira? Heheh,
Begitu juga
soal pengiriman yang lewat dari tanggal, harusnya tanggal 14 jadi tanggal 15,
itu juga nggak akan dimaafkan. Sebagus apapun karyamu kalau tanggalnya
kelewatan nggak masuk hitungan.
Oke, setelah baca ini pasti ada aja yang mikir ,”Nggak,
kamu tuh salah udah bilang kayak gitu. Emang para penulis senior itu sialan!
Sombong, kasar, dan nggak menyenangkan. Baru punya buku beberapa biji aja
lagaknya udah nggak karuan!”
Well, nggak bisa dipungkiri yang demikian itu memang ada.
Tapi karena anda adalah penulis hebat di masa depan, haruskah hal itu jadi
fokus perhatian? Justru karena ada yang sombong, justru karena mereka nggak
jawab pertanyaan kita, merupakan keberuntungan. Kok bisa ? Ya dong, karena
dengan begitu anda :
1.
Sadar bahwa masih banyak jalan menuju roma, penulis senior nggak punya
waktu jawab kita, Mbah Google masih ada
2. Nggak gampang patah. Dicuekin para penulis senior dengan berbagai alasannya
justru adalah sarana menggembleng diri. Ketika nanti karya kita dicuekin oleh
majalah, koran, dan pihak penerbitan udah punya pengalaman *hihi.
3. Paham bahwa anda nggak bisa mengharapkan bantuan dari orang lain kalau mau
maju. Andalah yang bisa bantu diri anda sendiri tentu saja dengan bantuan
Allah.
4.
Belajar, kelak di masa depan hal-hal diatas juga akan terjadi pada diri
anda. Ketika anda di titik senior dan anda punya jadwal nulis yang ketat.
Semangat!
Saya dulu juga merasa begitu je.
BalasHapusPenulis saya ajak nulis bareng nggak mau.
Makanya saya lalu mai-matian berusaha agar bisa menerbitkan buku.
Saya bukan senior tapi sudah tua (64) saya Insya Allah akan menjawab pertanyaan jika memang saya tahu jawabannya.
Salam hagat dari Surabaya
lha bener banget Pakdhe, saya setuju dengan apa yang Pakdhe bilang. Daripada mumet mikirin orang lain nggak mau diajak kerjasama nggak mau ditanyain mending usaha sendiri aja dulu. Pasti akan ada jawaban permasalahannya
Hapussy sbg blogger yg bnr2 pemula prnh juga brfikiran gitu,di suatu komunitas tpi seolah2 ada "blok-blok" nya,senior ma junior,mdh2n cuma perasaan aja ya,heheee.... salam kenal dari jakarta :)
BalasHapusWah, santai aja. Hal-hal itu pasti ada. Tapi saya mikir kalo dimasukkan hati malah nanti jadi males ngeblog sama nulis.
HapusSemangat Mbak Aira hihi
saya kadang merasa gitu,, tp udah itu kan perasaan aja, kalau ketemu sama temen2 yang suka nulis mereka welcome kok bantu kita...
BalasHapuskalau ada hal2 yang ga saya tau saya lebih sering ngesearch di google.. disnaa lebih enak nanyanya :D
lha itu dia Mbak Lulu, kita ngerasa gitu karena kita nggak tahu keadaan mereka sebenarnya. Saya juga sama, pernah ngerasa gitu. Tapi dipikir-pikir halaah ribet sendiri jadinya. Hahahahah
Hapus