Satu ketika, dengan masygul saya bertanya ,”Kok Tuhan nggak
datang-datang ya? Padahal saya sudah manggil Dia, sampai bikin telinga
orang-orang pekak karena teriakan saya. Tapi Ia nggak muncul juga, padahal saya
tengah merana. Dilanda kesulitan tingkat dewa.”
Tanah di bawah kaki saya tertawa. Tanyanya ,”Lha iya,
memangnya kamu suka nyamperin dia apa?”
“Heheh, ndak juga.”
“Lha itu, dia...Kamu nggak suka nyamperin, kok ngarep Dia
datang itu gimana?”
Saya tersenyum kecut padanya. ”Lha aku kan sibuk to. Banyak
kerjaan yang harus diselesaikan. Makan aja harus disambil pacaran...dengan
komputer maksudnya,” alasan saya seraya nyengir kuda.
Tanah tersenyum lebar. Balasannya bikin saya diam ,”Kalau
situ saja tak punya waktu barang semenit ketemu Tuhan, kenapa situ mengharap
Tuhan datang waktu situ kesulitan?”
Dar! Saya seperti dilempar petasan. Kaget dan tidak bisa
membalas apa yang dia bilang.
Tiga bulan kemudian saya muncul kembali dengan keluhan yang sama. Kenapa Tuhan tidak
datang-datang memenuhi panggilan saya. Kali ini rumput berhias embun sebening
kristal teman saya bicara.
“Lha iya, kata tanah Tuhan akan datang kalau saya memenuhi
panggilannya? Tapi kok ini enggak ya? Padahal saya datang lima kali sehari
sesuai permintaannya. Lengkap, bahkan terkadang saya tambah ibadah sunnah
segala,” kata saya sambil mengelus jidat saya.
“Emang darimana kamu tahu Dia nggak datang?” Rumput melirik
saya ingin tahu.
“Ha nyatanya doa saya ndak dikabulkan. Sudah tiga bulan saya jungkat-jungkit diatas
sajadah dan menengadahkan tangan, tetapi kenyataannya tidak juga ada jawaban.”
Rumput menjawab
ringan ,”Elaaah, baru tiga bulan. Ono noooh, banyak orang yang udah
jungkat-jungkit di atas sajadah, melakukan banyak kebaikan, nyatanya belum juga
dikabulkan.”
“Wah, berarti Tuhan curang ya?”
“Ya nggak juga. Barangkali kita saja yang ndak memahami cara
kerja-Nya. Apa yang bagus nurut manusia belum tentu buat Dia. Makanya kadang
apa yang paling kita inginkan nggak dikabulkan, yang nggak diinginkan justru
dikabulkan.”
“Ha kenapa begitu?”
“Siapa tahu kalau dikabulkan malah mendatangkan kesulitan.
Seperti kamu itu contohnya, mosok cah ndeso minta *pangeran? Andai dikabulkan
apa kamu ndak ngenes sendirian? Dapat pangeran itu nggak gampang. Banyak tata
krama yang memusingkan. Memang sih dapat pangeran itu menyenangkan, di atas
kertas. Dalam kenyataan, Lady Di aja menderita. Apalagi kamu nantinya.”
Saya memutar bola mata. Jengkel juga dibilang begitu
olehnya.
Semak yang bergoyang turut pula berkomentar ,”Tuhan bukannya
tidak datang, Ia datang. Ia mendengar doa-doa yang kau hamparkan. Tetapi jika
harapan dan cita-cita adalah mempelai yang kau inginkan dan doa adalah mahar,
bisa jadi maharmu masih kurang memenuhi persyaratan. Karena itu Tuhan belum
berkenan memberikan apa yang selalu engkau doakan.”
“Aduuuh...” Aku melenguh
sebal. “Betapa pelitnya Tuhan! Katanya
Ia kaya. Empunya alam semesta. Tapi kenapa masih minta ini itu untuk
mengabulkan doa dan harapan manusia?
Semak-semak tertawa.
”Kenapa kau tertawa, kawan?” tanyaku heran.
Semak-semak mengerling lucu sebelum menjawab pertanyaan. ”Kawanku, Tuhan tidak pelit kepadamu.
Lihatlah, meski kau kerap kurang ajar. Meng-klaim kehebatanmu adalah kerjamu
sendiri, Tuhan tetap memberimu udara untuk bernapas. Air untuk kau minum. Mata
untuk melihat dan sebagainya dan sebagainya yang bahkan kau tak sadar.”
“Ada berbagai kemungkinan menganga doamu tidak dikabulkan
sekarang. Mungkin ia ingin kau belajar banyak sebelum mencapai impian. Menjadi
kuat sebelum masa itu datang. Sekaligus menjadi memahami bahwa segala sesuatu
tidak ada yang instan dan tahu bagaimana bersikap saat persoalan datang. Tidak
mudah rapuh dalam sekali goncangan. Ibarat seorang binaragawan, sekarang ini
saatnya kau berlatih hingga mencapai bentuk tubuh yang diinginkan. Selama itu
ia juga menjalani beragam pantangan. Ndak makan sembarangan, ada diet khusus
plus latihan keras untuk mencapai tujuan. Jangan dipikir untuk mencapai bentuk
perut kotak-kotak kaya roti kasur dan otot bisep yang njendul begitu ndak ada
pengorbanan. Huuh banyak, kawan.”
“Atau seperti yang si rumput katakan, doa yang kau
pinta mendatangkan keburukan. Seorang guru pernah berkata ‘Tuhan mengabulkan
doa hamba-Nya seperti dokter mengabulkan permintaan orang yang sakit maag’. Kau
boleh saja menginginkan jeruk untuk menyegarkan mulut.Tapi dokter takkan
mengijinkan, sebab jeruk jelas memberimu efek yang lebih buruk bagi perutmu
yang sakit itu.”
Saya garuk-garuk kepala. Saya yang fakir ilmu pusing mencerna omongan mereka.
“Aduh, mumet saya, ndak paham blas yang sampeyan-sampeyan katakan.”
Semak-semak dan rerumputan bertukar pandang. “Pelan-pelan saja kau telan apa yang
kubicarakan. Kunyah dan nikmati, sampai akhirnya kau mengerti apa yang
kukatakan,” ujar semak-semak diantara hembusan angin pagi.
Saya menghela napas panjang. Sembari menegakkan tubuh saya
menatap awang-awang. Sebuah pertanyaan
terlontar ,”Jadi kapan cita-citaku kesampaian?”
“Lha dalah malah tanya gitu. Meneketehe?” sahut rumput saat
saya merebahkan tubuh padanya.
“Kenapa sih jawabannya tidak dibikin mudah saja, serupa
mencari informasi di Mbah Google saja.”
“Ah, kau ini! Kalau begitu mudahnya, orang-orang bandel
seperti kau ini malah ndak mau berdoa, ndak mau berusaha, ndak mau melakukan
apa-apa. Toh sudah jelas mau jadi apa. Ya to?”
Saya nyengir kuda bersamaan dengan sebuah kerikil terlempar
ke muka. Entah perbuatan iseng si rumput atau semak-semak di seberang
saya. Saya sendiri kemudian terlena,
diayun lembut angin pagi yang mengabarkan wangi bunga dari taman tetangga.
Note :
Pangeran = simbol impian yang mulut-muluk
>>I write this under title Mumble To My Self. Clearly what
I write is an absurd chatting, betwen me and my self in the lonely night.
Hug, hug!
Bagus banget tulisannya... Membuat saya tertegun :-)
BalasHapusmakasih mbak icha, saya emang nulis berdasarkan pengalaman saya. Nulis ini tujuannya juga buat ngingetin diri sendiri
Hapussangat menyentuh
BalasHapusjadi kembali bercermin...
wah terima kasih mbak rahmah, sebenarnya saya nulis ini buat cermin saya kalo lupa
HapusTuhan ada ketika kita menghadirkannya dalam kehidupan kita,
BalasHapusmasih suasana lebaran khan,
sambil ucapin maaf lahir batin, back to zero again,
sambil mata lirak lirik kiri kanan nyari ketupat...salam :-)
terima kasih udah datang kemari mas
Hapussaya juga mau minta maaf
btw ketupatnya udah bubar hehehehe
foto2nya juga keren mbaaa,, ngimbani isi artikelnya yang abstrak tapi cukup menyentil ya. Good job :)
BalasHapushahahaha, wah fotonya dibilang keren. Makasih lho
Hapussemoga satu hari bisa belajar mengabadikan gambar secara benar
Salam kenal, suka tulisan ini, bagus bgt Mba... (suka ngerasa gitu juga), membaca ini jadi intropeksi diri deh... :)
BalasHapusSalah alasan kenapa nulis ini juga untuk cermin pribadi Mbak, saya ini suka ndak tahu terima kasih sama Tuhan
HapusGaya bahasany keren nih ,hehe,fotonya juga ngenaa bnget,silaturahmi juga mba blog saya
BalasHapusTerima kasih Mas Fikri, dibilang fotonya keren hihihi
Hapuset dah semoga kelak bisa belajar motret lebih baik lagi
mba follow balik blog baru aku ya^^ www.fikrias.com
HapusHaha iya, tadi saya nyari linknya ketemu g+ aja
HapusI Love Afin, the most beautiful girl on the world :)
BalasHapuswaduh mbak lyta, kata bapak afin is the most stubborn girl
Hapuskeren mba afin, jadi mikir lg
BalasHapusaku nulis itu karena aku ngalamin, La. Di posting biar aku ingat
Hapusafinnnn... aku naksir dengan si manusia kardusnya.. itu bikin sendiri atau beli jadi sih? darimana dapatnya? aduhh... aku suka lihatnya... itu punyamu sendiri atau boleh nyomot gambar orang lain sih? manusia kardusnya kereeeeennnnn
BalasHapusoh si manusia kardus namanya danbo mbak ade, hadiah menang lomba foto di blogfam. Gambarnya punya afin, diambil di tanah lapang deket rumah kapan itu
HapusBlogwalking bisa menambah keakraban [Warung Blogger]
BalasHapusMaka dari itu saya blokwalking :)
visitback : http://andre-freelife.blogspot.com/
makasih udah mampir mas andre, aye juga suka blogwalking. Tenkyu
HapusAw...keren Mbak
BalasHapusHampir sama seperti yang saya pikirkan, hanya saja saya belum bisa menuliskan seindah ini :)
hekhekhek, ah benernya tulisan yg gampang dimengerti jauh lebih mudah dicerna timbang indah tapi bikin kening berkerut :-P
BalasHapuswah mba jdi trenyuh..memang kadang kita suka berfikir Tuhan tidak adil lantaraan Dia tdk mengabulkan permintaan kita ...aku baru mengalaminya mba...sudah berupaya maksimal, harapan belum jg terkabul, sempet drop jg meski coba utk tetap optimis....
BalasHapusemang mbak, menjaga pemikiran tetap positif di saat itu memang gak gampang ya, hehehe. I know how does it feel
Hapussuka sama tulisan ini,Mbak...Kadang merasa begitu juga,ternyata Tuhan selalu ada, selalu dekat, selalu mengabulkan doa-doa kita..dengan caraNYA....
BalasHapusya, kecenderungan saya itu. Berprasangka buruk
Hapuspenuh makna mbak tulisannya
BalasHapuseits ada mbak lidya, tenkyu *bow
HapusWah mbak tulisannya ngena :) *harus intropeksi diri lagi*
BalasHapusterima kasih, terutama saya mbak titis
HapusTuhan ada, hanya saja, kadang kita yang terlalu sibuk mencari, sehingga Ia yang jelas ada seolah tak ada. Bagus mbak <3
BalasHapusSalam,
Pink